Rabu, 12 Februari 2020

Pendaftaran Peserta Didik Baru SMP IT Insan Kamil 2020/2021




Cara mendaftar murid baru di SMP IT Insan Kamil:


1 . Mengisi Formulir Pendaftaran. 
      Dapat di unduh DISINI

2. Foto copy Ijazah Khatam Alqur'an

3. Foto Copy NISN dari Kemendikbud.

4. Kirim file diatas dalam bentuk PDF ke alamat Email smpitinsankamil12@gmail.com

atau dapat juga datang langsung ke sekolah dengan 
Alamat : Jl. Tabek Boto - Gurun , Jorong Baringin, Nagari Baringin , Kec. Lima Kaum , Kab. Tanah Datar , Sumbar




Selasa, 11 Februari 2020

JADWAL KEGIATAN HARIAN



PROFIL SEKOLAH

A.    Visi, Misi dan Tujuan Sekolah
                                       VISI
BERIMAN, CERDAS, DAN MANDIRI

                                            M I S I         
Untuk mencapai visi di atas, maka dilaksanakan misi sebagai berikut:
1.      Meningkatkan keimanan dan ketakwaankepada Allah SWT melalui pengamalan ajaran Islam serta menciptakan lingkungan belajar yang Islami
2.      Meningkatkan karakter siswa dan lulusan yang beriman
3.      Cerdas dalam menerangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tetap berpijak pada jati diri
4.      Menciptakan siswa yang cerdas dan terampil dalam bidang akademik maupun non akademik
5.      Menyelenggarakan pendidikan yang mengedepankan peningkatan kualitas siswa dan guru berdasarkan IPTEK dan IMTAQ.

B.     Tujuan Satuan Pendidikan
Pada Tahun Pelajaran 2019/2020 di SMPIT Insan Kamil diharapkan tercapai tujuan sebagai berikut:
1.        Tercapainya siswa mampu membaca Al Quran dengan baik dan hafal Al-Qur’an minimal 3 juz
2.        Tercapainya lulusan dengan rata-rata nilai Ujian Nasional 5,2
3.        Mengembangkan budaya sekolah yang religious melalui kegiatan keagamaan
4.        Menumbuhkan jiwa terampil dan mandiri pada siswa melalui berbagai kegiatan seperti Ekstrakurikuler dan Intrakurikuler.
5.        Tercapainya siswa yang mampu untuk public speaking dalam Bahasa Indonesia, Bahasa Arab dan Bahasa Inggris
6.        Memperoleh satu gelar terbaik dalam lomba OSN, O2SN dan FLS2N minimal tingkat kabupaten.
7.        Meningkat kanpotensi siswa dibidang Teknologi Informasi dan Komunikasi

C.    Kurikulum
Dinas Pendidikan & JSIT



D.    Mata Pelajaran
a.       PAI
b.      PKN
c.       Bahasa Indonesia
d.      Bahasa Inggris
e.       Matematika
f.       IPA
g.      IPS
h.      Penjaskes
i.        Seni Budaya
j.        TIK
k.      Bahasa Arab
l.        BAM
m.    Fiqh
n.      BK


E.     Kegiatan Ekstrakurikuler
a.       Tahfizh
b.      Pramuka
c.       OSN
d.      Tapak Suci
e.       Karate
f.       English Club
g.      Nasyid


F.     Persyaratan Pendaftaran
a.       Mengisi Formulir Pendaftaran
b.      Fotocopy Ijazah Khatam Al-Quran
c.       Fotocopy NISN dari Kemendikbud


G.    Seleksi Masuk
a.       Tes Tertulis ( IPA, PAI dan Matematika )
b.      Tes Baca Al-Quran
c.       Wawancara


Selasa, 04 Februari 2020

Agar Aku Sukses Menuntut Ilmu #4 : Jangan Mubadzirkan Semangat Belajarmu

Image result for air gelas pecah"

Bismillah…
Mubadzir itu, saat kita kerahkan semua minat dan semangat belajar, hanya kepada ilmu-ilmu duniawi, tanpa sedikitpun dikerahkan untuk belajar ilmu agama.
Sangat merugi, ketika kita ahli di suatu bidang duniawi, bertahun-tahun giat mempelajari, tapi kita tidak tahu apa pentingnya tauhid? Apa bahayanya syirik? Apa makna Laa ilaa ha illallah? Bagaimana cara sholat yang benar? Zakat yang benar? Puasa yang benar? Apa hari kiamat, surga dan neraka?
Ini kenyataan yang harus disesali dan segera diakhiri. Karena seharusnya kita tersindir dengan ayat ini…


يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

Mereka mengetahui yang lahir (tampak) dari kehidupan dunia; sedangkan terhadap (kehidupan) akhirat mereka lalai. (QS. Ar-Rum : 7)
Pesan ini bukan untuk melemahkan semangat belajar ilmu-ilmu duniawi.(1)
Namun… untuk mengingatkan tentang skala prioritas dalam belajar. Jangan abaikan Ilmu yang menjadi kewajiban mu. Ilmu yang akan membantumu dapat menjawab pertanyaan kubur nanti.

Karena kita menyadari bahwa dunia ini sebentar, umur kita di dunia terbatas. Yang kekal dan perlu bekal banyak adalah kehidupan setelah ini. Tak mungkin kita bisa maksimal dan efektif dalam mengumpulkan bekal itu, kalau tidak pakai ilmu.
Maka sangat diperlukan ilmu untuk mengetahui jalan yang Allah ridho dan yang tidak. Ilmu yang akan membentuk takwa, khosyah (rasa takut kepada Allah), mengharap rahmadNya, akhlak kepada Tuhan dan kepada sesama makhluk, cinta serta pengagungan kepada Tuhan semesta alam, dalam jiwa kita, melalui wahyu-wahyu yang Allah turunkan.. yang dengan karakter-karakter iman inilah, menjadi modal kita mengumpulkan bekal. Bahkan sumber kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Jadi, silahkan belajar ilmu apa saja asal manfaat dan tidak menyelisihi syariat. Namun, jangan abaikan Ilmu tentang mengenal Tuhanmu, Nabimu dan agamamu. Berikan juga porsi minat dan semangat yang besar untuk ilmu ini.
Karena ilmu agama sebenarnya adalah sumber semua ilmu yang manfaat. Dan itu yang pokok dan wajib. Adapun selain ilmu itu, statusnya sebagai tambahan atau sarana membantu memantapkan agamamu. Maka bukan sikap yang bijak, saat seorang sibuk pada yang statusnya tambahan, lalu dia melalaikan yang pokok.

Syekh Sholih bin Abdullah Al ‘Ushoimi menegaskan,

إن كل علم نافع مرده إلى كلام الله وكلام رسوله صلى الله عليه وسلم، وباقي العلوم : إما خادم لهما فيؤخذ منه ما تتحقق به الخدمة أو أجنبي عنهما فلا يضر الجهل به

Semua ilmu yang manfaat, sumbernya adalah firman Allah (Alqur’an) dan sabda RasulNya shalallahu alaihi wa sallam (As-Sunnah). Adapun ilmu yang lain fungsinya adalah :
– bisa menjadi pembantu bagi ilmu Al Qur’an dan Sunnah, sehingga dipelajari sekadar tercapainya fungsi tersebut.
– Atau ilmu yang samasekali tidak berkaitan dengan Al Qur’an dan as Sunnah. Sehingga tidak mengetahuinya, tak membahayakan.
(Lihat : Khulashoh Ta’dhiimil Ilmi, hal. 19)


Syekh Sholih bin Abdullah Al ‘Ushoimi menegaskan,

وقد كان هذا هو علم السلف -عليهم رحمة الله- ثم كثر الكلام بعدهم فيما لا ينفع, فالعلم في السلف أكثر والكلام فيمن بعدهم أكثر

Inilah ilmunya para salaf dahulu -semoga Allah merahmati mereka- (pent, mereka memprioritaskan ilmu agama). Kemudian, tibalah zaman dimana yang banyak (prioritas) adalah ucapan yang tak manfaat (pent, memprioritaskan ilmu lain). Maka di masa salaf dahulu, ilmu lebih mendominasi, adapun setelah generasi mereka, ucapan kurang manfaat yang mendominasi.
(Lihat : Khulashoh Ta’dhiimil Ilmi, hal. 19)
“Kemudian, tibalah zaman dimana yang banyak (prioritas) adalah ucapan yang tak manfaat.”
Ungkapan ini menyinggung kondisi sebuah generasi dimana ilmu agama dikucilkan, ilmu dunia diprioritaskan. Sehingga karena prioritas yang tertukar ini, ilmu dunia yang bisa jadi pada asalnya mengandung manfaat, karena dia mengabaikan yang lebih wajib, menjadi ilmu yang ibaratnya ucapan yang tak manfaat. Artinya ilmu itu tak lagi dianggap untuk pelakunya, saat dia mengabaikan ilmu yang wajib diketahui tentang agamanya.

    Penulis : Ahmad Anshori , LC

    Agar Aku Sukses Menuntut Ilmu #3 : Optimalkan Minat Belajar

    Image result for belajar kiat muslim"



    Bismillah…
    Menuntut ilmu itu berat. Perlu berbekal minat yang kuat untuk dapat meraih ilmu. Karena, sebenarnya gerak-gerik manusia dinahkodai oleh minat yang bersemayam hatinya. Kalau Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah, membahasakan minat sebagai cinta. Hampir tidak berbeda, antara minat dan cinta. Beliau pernah menuliskan nasehat yang sangat terkenal,

    وأصل كل فعل وحركة في العالم من الحب والإرادة فهو أصل كل فعل ومبدؤه

    Sumber semua tindakan di alam ini adalah cinta dan keinginan. Dialah asal semua perbuatan dan juga prinsipnya.
    (Lihat : Qoidah Fil Mahabbah 2/193. Dikutip dari kitab Mughnil Murid Jami’ As-syuruh Li Kitab At Tauhid 1/2098)

    Tak ada minat yang besar atau rasa haus ilmu yang mendalam, perjuangan seorang dalam menuntut ilmu tak akan bisa bertahan lama. Ia akan cepat kandas. 

    Bagaimana Menumbuhkan Minat Tinggi dalam Menuntut Ilmu?

    Syaikh Sholih Al Ushoimi -hafidzohullah- menjelaskan kiatnya, bahwa seorang akan dapat menumbuhkan minat yang besar dalam belajar, jika dia melakukan tiga hal ini :
    Pertama, semangat juang yang tinggi, dalam meraih segala yang manfaat di dunia dan akhirat.
    Kedua, meminta pertolongan kepada Allah agar disukseskan dalam menuntut ilmu.
    Ketiga, tidak patah semangat untuk terus berjuang meraih mimpinya.
    Tiga hal ini, terkumpul dalam satu sabda yang mulia Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam,
    احرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ ، وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجَزْ …
    “Semangatlah dalam meraih sesuatu yang bermanfaat bagi dirimu, mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan lemah (mudah putus asa)!”
    (HR. Muslim, no. 2664, dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu)
    Pesan ini telah dibuktikan oleh para ulama. Sehingga kita dapati petuah-petuah indah dari lisan mereka yang menguatkan hadis di atas.
    Diantaranya Al-Junaid rahimahullah pernah berpetuah,
    ما طلب أحد شيئا بجد وصدق إلا ناله، وإن لم ينله كله نال بعضه
    “Tidaklah seseorang berjuang meraih sesuatu dengan kesungguhan dan kejujuran, melainkan dia akan dapat memperolehnya. Jika dia tidak dapat meraih seluruhnya, dia akan dapat meraih sebagiannya.”
    Dan, Imam Ibnul Qayyim rahimahullah juga pernah berpesan dalam kitab Al-Fawaid,
    إذا طلع نجم الهمة في ظلام ليلة البطالة، وردفه قمر العزيمة، أشرقت الأرض بنور ربها
    “Jika telah terbit ‘bintang’ semangat di gelapnya malam, ditemani oleh ‘rembulan’ tekad, niscaya keduanya dapat menyinari dunia dengan cahaya Tuhannya.”

    Belajar dari Kisah Menuntut Ilmu Para Ulama

    Mereka orang-orang yang unggul dalam ilmu dan takwa itu, ternyata hasil dari perjuangan yang tidak ringan. Siang dan malam tanpa kenal lelah dan putus asa, mereka berjuang mendapatkan ilmu. Bukti bahwa ambisi mereka besar dalam menuntut ilmu.
    Berikut kisah-kisah manusia hebat itu yang ditulis oleh guru kami Syaikh Sholih Al Ushoimi -hafidzohullah- dalam buku beliau : Khulashoh Ta’dhiimil Ilmi :
    Kisah Imam Ahmad rahimahullah, di masa kecil, sebelum fajar subuh tiba, Ibunya menyiapkan perlengkapan belajar putra kesayangannya sebelum menghadiri pengajian para ulama di masanya. Sambil memakaikan baju sang anak, Ibu Imam Ahmad berpesan,
    حتى يؤذن الناس أو يصبحوا
    “Tunggulah di masjid (tempat kajian), sampai orang-orang mengumandangkan azan subuh atau melakukan sholat subuh.
    Khotib al-Baghdadi pernah membaca seluruh isi kitab Shohih Bukhari, di hadapan guru beliau Ismail Al Hurri, selama 3 pertemuan. Dua diantaranya di dua malam hari, dimulai dari Maghrib sampai subuh. Kemudian pertemuan ketiga, dari siang hari sampai tiba waktu Maghrib. Lalu dilanjutkan kembali dari Maghrib sampai subuh.
    Abu Muhammad bin Tabban di awal masa belajarnya, beliau menggunakan seluruh malam untuk belajar. Sampai Ibu beliau melarang membaca di malam hari, karena sayang dan ibanya. Abu Muhammad lantas menuruti perintah ibunya. Namun, sebelum tidur, beliau menyembunyikan lampu sentir di dalam mangkuk besar. Kemudian saat dia sudah tertidur beberapa saat dan sang Bunda sudah terlelap tidur, beliau nyalakan lampu itu untuk belajar kembali.
    Syaikh Sholih Al Ushoimi -hafidzohullah- menutup kisah-kisah indah di atas dengan ungkapan yang sangat berkesan,
    فكن رجلا رجله على الثرى ثابتة، وهامة هامته فوق الثريا سامقة، ولا تكن شاب البدن أشيب الهمة، فإن همة الصادق لا تشيب
    “Jadilah kamu orang yang kakinya menginjak di muka bumi, akan tetapi cita dan mimpinya setinggi bintang kejora. Jangan menjadi anak muda yang hanya muda fisiknya, namun tua semangatnya. Sesungguhnya, tekad yang jujur itu, tidak akan pernah menua (meskipun fisik sudah menua).”

      _____
      Rujukan :
      – Khulashoh Ta’dhiimil Ilmi, halaman 14-16, Karya Syaikh Sholih bin Abdullah Al Ushoimi
      ****
      Ditulis oleh : Ahmad Anshori


      Senin, 03 Februari 2020

      Agar Aku Sukses Menuntut Ilmu : #2 Ikhlaskan Niatmu

      Bismillah..
      Kita semua menyadari, bahwa ikhlas adalah syarat yang tak bisa ditawar agar amal ibadah kita diterima Allah, disamping juga harus bersama syarat yang kedua yaitu sesuai tuntunan Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam- (Mutaaba’ah). Dan tak ada seorang muslimpun yang meragukan, bahwa menuntut ilmu agama, mempelajari ilmu untuk mengenal syariat Allah, adalah amal ibadah yang luar biasa istimewa. Bagaimana tidak, sementara seluruh ibadah butuh pada ilmu?! Tanpa ilmu, kita buta dalam beribadah. Bisa-bisa seorang meyakini suatu amalan adalah ibadah, padahal tak sedikitpun bernilai ibadah di mata Allah.
      Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

      مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى الجَنَّةِ

      Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu, maka akan Allah mudahkan jalannya menuju surga.” (HR. Muslim).

      Menuntut ilmu adalah jalan menuju surga, kemudian masih diragukan sebagai ibadah?!
      Mustahil…!
      Maka sepatutnya para penuntut ilmu menyadarkan hatinya, menghiasi hatinya, dengan semerbak niat dan rasa, bahwa saat ia sedang berjuang menuntut ilmu, saat itulah ia sedang berada dalam ibadah yang sangat agung. Ini sebenarnya dapat menjadi motivasi yang sangat manjur, agar selalu bisa semangat dan istiqomah dalam menuntut ilmu.
      Setelah kita meyakini, bahwa menuntut ilmu adalah ibadah, maka ketahuilah sahabat sekalian, bahwa menuntut ilmu juga butuh keikhlasan. Agar lelah letih yang kita jalani dalam masa belajar ini, berbuah pahala dan rahmad Allah yang agung. Berbuah surganya yang mulia.
      Allah berfirman,

      وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّـهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

      Mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan segala ibadah hanya untuk-Nya (Ikhlas), dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. (QS. Al-bayyinah : 5)

      Dan.. ilmu yang kita peroleh terberkahi.
      Syaikh Sholih Al-Ushoimi -hafidzahullahا- menasehatkan,

      وما سبق من سبقو ولا وصل من وصل من السلف الصالحينو الا بالاخلاص لله رب العالمين

      Tidaklah para salafussholih itu unggul dan sampai pada derajat ilmu (yang tinggi), melainkan karena sebab ikhlasnya mereka saat menuntut ilmu, karena mengharap pahala Allah tuhan semesta alam.
      (Lihat : Khulashoh Ta’dhiimil ‘Ilmi, hal. 11)

      Anda ingin benar dimuliakan oleh ilmu, ternyata ikhlaslah kuncinya.
      Bahkan, Syaikh Sholih Al-‘Ushoimi masih dihalaman yang sama dari kitab Khulashoh Ta’dhiimil ‘Ilmi, sampai mengatakan,

      وانما ينال المرء العلم على قدر اخلاصه

      Seorang itu mendapatkan jatah ilmu, sebanyak kadar ikhlasnya.


      Bagaimana Cara Ikhlas Dalam menuntut Ilmu?

      Pertanyaan sangat bagus. Setelah kita tahu bahwa ikhlas adalah syarat mutlak diterimanya ibadah menuntut ilmu kita di sisi Allah, dan menjadi sebab berkahnya ilmu yang kita dapat, iman dalam hati kita membuat jiwa ini penasaran,
      Apa gerangan cara agar menuntut ilmuku ikhlas?
      Berikut ini caranya :
      Niatkanlah menuntut ilmu anda untuk :
      Pertama, Mengusir kebodohan dari diri sendiri,

      Kedua, Mengusir kebodohan dari orang lain, dengan mengajari mereka ilmu yang dapat memperbagus agama dan akhirat mereka.

      Ketiga, Niatkan untuk menjaga kelestarian ilmu.

      Keempat, Niatkan untuk mengamalkan ilmu.

      Empat hal di atas, juga sudah menjadi niat kita dalam menuntut ilmu, saat itulah anda telah ikhlas dalam menuntut ilmu.

      Mereka Tak Merasa Telah Ikhlas

      Membaca kisah-kisah para salafussholih terdahulu memang menyimpan pesan-pesan unik dan mulia. Kita tak meragukan bagaimana ikhlas dan takwanya mereka -wala nuzakki ‘alallahi ahada-. Namun, sangat menarik sekali, mereka selalu saja meras belum ikhlas. Tak seorangpun diantara mereka yang berani bicara, “Aku sudah ikhlas..!!”
      Imam Ahmad pernah ditanya, “Apakah anda telah menuntut ilmu ikhlas karena Allah?”
      Jawaban beliau,

      لله! عزيز, ولكنه شيء حبب إلي فطلبته
      “Karena Allah?! Itu perkara besar!! Hanya saja, aku telah dibuat cinta kepada belajar. Sehingga aku terus menuntut ilmu.”

      Ikhlas dalam menuntut ilmu, bukan perkara sepele. Kata Imam Ahmad, “ Aziiiz! Besaaar…!” Beliau tak sampai hati mengklaim diri beliau telah ikhlas.
      Kenapa?
      Ternyata justeru dengan merasa belum ikhlas seperti inilah, kita dapat ikhlas, dan dapat menjaga ikhlas.
      Hati kita lemah, syahwat cinta pujian, cinta popularitas (riya’, ‘ujub dan sum’ah), begitu kuat menyambar-nyambar. Dia buas dan siaga, untuk mengoyak-oyak keikhlasan kita. Sampai seorang terkena ancaman megerikan ini :
      Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

      مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

      Siapa menuntut ilmu yang seharusnya ditujukan hanya mengharap wajah Allâh ‘Azza Wa Jalla, namun ternyata ia tidak menuntut ilmu kecuali untuk mendapatkan sedikit dari kenikmatan dunia, maka ia tidak akan mencium bau Surga pada hari Kiamat.
      (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban, Shahîh ath-Targhib, no. 105)
      Lagi…!
      Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga mewanti-wanti :

      مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُجَارِىَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ لِيُمَارِىَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يَصْرِفَ بِهِ وُجُوهَ النَّاسِ إِلَيْهِ أَدْخَلَهُ اللَّهُ النَّارَ

      Siapa menuntut ilmu untuk menandingi para ulama, atau mendebat orang-orang bodoh, atau memalingkan pandangan-pandangan manusia kepadanya, maka Allâh akan memasukkannya ke neraka.
      (HR. At-Tirmidzi, Shahîh at-Targhîb, no. 106)
      Na’udzubillah min dzaalik…

      Dengan menghadirkan perasaan inilah (merasa belum ikhlas), kita dapat selalu siaga dan waspada, terhadap musuh-musuh ikhlas, yaitu riya, ‘ujub dan sum’ah.
      Imam Sufyan Ats-Tsauri (wafat pada th 161 H), sampai pernah mengatakan,

      ما عالجت شيئا أشد علي من نيتي لأنها تتقلب عليَّ

      “Aku tak pernah mengobati sesuatu yang lebih berat daripada memperbaiki niatku. Karena niatku terus berubah-ubah.”
      Sulaiman Al Hasyimi mengungkapkan pengalamannya,
      “Terkadang, saat aku menyampaikan satu hadits, dalam diriku hanya ada satu niat saja (ikhlas). Setelah aku beralih pada bagian hadits yang lain (masih dalam hadis yang sama), berubahlah niatku. Ternyata, untuk menyampaikan satu hadits saja butuh banyak perbaikan niat.”
      (Lihat : (Lihat : Khulashoh Ta’dhiimil ‘Ilmi, hal. 13)

      Ditulis oleh : Ahmad Anshori Lc

      Agar Aku Sukses Menuntut Ilmu : #1 Bersihkan Wadah Ilmu, Hati

      Image result for hati yang"

      Bismillah..
      Menulis tema ini jujur saja sebenarnya berat. Karena yang menulis ini belumlah layak untuk dikatakan sukses menuntut ilmu, bahkan untuk mendapat gelar penuntut ilmupun masih sangatlah berat. Namun, saya berharap dari menulis tema ini, melalui petuah-petuah dan kisah-kisah haru para ulama dalam menuntut ilmu, dapat menjadi nutrisi yang menguatkan semangat dan tekad dalam menjalani proses menuntut ilmu, untuk penulis dan pembaca sekalian.
      Aslinya tema ini adalah materi yang kami sampaikan di salah satu program acara di radio muslim Jogja 1467 AM, setiap Jumat pagi 08.30 s/d selesai. Yang kami sarikan dari kitab salah seorang guru kami, yang mulia Syaikh Sholih bin Abdullah bin Muhammad Al-‘Ushoimi –hafizhahullah, pengajar di masjidil Haram dan masjid Nabawi, dan anggota Hai-ah Kibar Ulama (Majelis Ulama) Kerajaan Saudi Arabia.
      Baiklah, bismillah, mari kita mulai memasuki bab pertama : Bersihkan Wadah Ilmu, Hati.
      ______
      Para pedagang atau pengoleksi barang-barang berharga, sebelum ia memulai berdagang atau mengoleksi, ia akan pikirkan tempat yang cocok untuk menyimpan barang-barang antik atau berharga itu. Emas, berlian, perak, batu mulia, mobil mewah atau bahan-bahan makanan yang mahal… tidak mungkin disimpan di tempat sampah, atau tempat-tempat lusuh dan jorok. Pasti ia akan siapkan tempat yang aman, membuat awet barang, dan pertimbangan-pertimbangan lain.
      Bahan makanan akan cepat basi, emas perak berlian akan mudah hilang diraup pencuri, saat ditempatkan pada tempat-tempat yang tidak semestinya. Demikian juga ilmu! Ia tidak akan betah tinggal kecuali di hati-hati yang bersih. Iya, hati… itulah wadahnya ilmu.
      Kata Syaikh Sholih Al-‘Ushoimi hafizhahullah :
      “Bersihkan wadah ilmu, yaitu hati. Karena sesuai kadar sucinya hati, sebesar itupula kadar ilmu yang akan masuk kepadanya. Jika semakin bertambah sucinya hati, maka akan semakin bertambah penerimaannya terhadap ilmu.
      Siapa yang ingin meraih ilmu, maka perindahlah batinnya, sucikanlah hatinya dari segala najis.” (Lihat : Khulashoh Ta’dhimil ilmi, hal 9)
      Beliau mengutip ungkapan yang sangat indah:
      فالعلم جوهر لطيف لا يصلح الا للقلب النظيف
      “Ilmu adalah permata mulia. Tidak akan cocok bertempat kecuali di hati yang bersih.”
      ***
      Maka tolak ukur ilmu sebenarnya bukan kecerdasan, bukan cepat lambatnya menghafal, bukan banyak sedikitnya hafalan. Bukan itu tolak ukur ilmu. Tapi ilmu diukur dari keindahan hati. Sudahkah hatinya terhiasi oleh cinta dan penghormatan kepada Allah dan Rasul-Nya?
      Sudahkah hatinya terwarnai oleh takut kepada murka dan siksa Allah? Sudahkah ilmu yang dia peroleh menjadikan hatinya ikhlas dalam setiap langkah ibadahnya? Karena kalau kita resapi firman Allah dan petuah-petuah para wali Allah, seperti para sahabat, maka kita akan tahu bahwa sebenarnya ilmu ini adalah amalan hati.
      Allah ‘azza wa jalla berfirman,
      إِنَّمَا يَخْشَى اللَّـهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
      Sesunggunya hamba Allah yang paling takut kepadanya adalah ulama (orang-orang berilmu)” (QS. Fatir: 28).
      Ibnu Mas’ud radhiyallahu’anhu mengatakan,
      كفى بخشية الله علما, وكفى بالاغترار بالله جهلا
      Cukuplah rasa takut kepada Allah adalah ilmu, dan cukuplah merasa aman dari azab Allah adalah kebodohan.
      ليس العلم بكثرة الرواية, ولكن العلم الخشية
      Ilmu itu bukan pada banyaknya riwayat, akan tetapi ilmu itu adalah khasyyah (rasa takut kepada Allah).

      Cara Membersihkan Hati

      Syaikh Sholih Al-‘Ushoimi menerangkan, “Kebersihan hati kembali kepada dua hal:
      1. Sucinya hati dari najis syubhat.
      2. Sucinya hati dari najis syahwat.”
      ***
      Noda hati sangat banyak. Namun, bila kita kerucutkan, noda-noda itu sumbernya dua ini ; noda syahwat dan noda syubhat.
      Syubhat akan membuat seorang berada dalam lingkaran setan sementara dia tidak sadar. Bahkan sampai tahap dia menyangka berada dalam kebenaran, padahal dia sedang tenggelam di lautan kesesatan. Sehingga ilmu yang bermanfaat itu, akan sangat sulit masuk.
      Allah berfirman,
      أَفَمَن كَانَ عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّهِ كَمَن زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ وَاتَّبَعُوا أَهْوَاءَهُم
      Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Rabbnya sama dengan orang yang (shaitan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya?” (QS. Muhammad: 14).
      وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّـهِ زُلْفَىٰ إِنَّ اللَّـهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ
      Orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah beralasan, “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya” (QS. Az-Zumar: 3).
      Adapun syahwat, penyakit inilah yang akan mendorong seorang berbuat maksiat. Melihat kepada yang haram, berdusta, ghibah, menfitnah, dengki, mengadudomba, berjudi dan seluruh maksiat, sumbernya di syahwat.
      Orang yang syahwat menjadi pemimpin di setiap gerak geriknya, akan susah untuk menyerap ilmu. Karena dosa-dosa akan mempergelap hati, sehingga hati menjadi temapat yang lusuh, kotor, tidak nyaman untuk ditinggali ilmu.
      Allah Ta’ala,
      كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
      Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka” (QS. Al Muthaffifin: 14).
      Makna ayat di atas diterangkan dalam hadits berikut.
      Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
      إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ ( كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ) »
      Seorang hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka’” (HR. Tirmidzi).
      Antara dua noda di atas, noda syubhat lebih parah dalam mempergelap hati daripada noda syahwat. Karena hati yang mengidap penyakit syubhat, akan susah bertaubat, karena bahkan seringkali mereka mengira berada di atas kebenaran. Berbeda dengan hati yang mengidap penyakit syahwat, ia akan lebih mudah bertaubat, karena nalurinya tetap menyadarkan, bahwa yang dia lakukan adalah salah.
      Oleh karena itu iblis lebih semangat menyesatkan manusia melalui pintu syubhat daripada pintu syahwat. Karena kegelapan syubhat berpeluang lebih bisa langgeng mempergelap hati, daripada kegelapan syahwat. Makanya para pengidap syuhbat lebih disukai Iblis daripada pengidap syahwat. Meski memang keduanya adalah keburukan.
      ***
      Kemudian Syaikh Sholih Al-‘Ushoimi -hafidzohullah- menuliskan dalil yang sangat indah, menunjukkan bahwa hati adalah tempatnya ilmu.
      “Disebutkan dalam shahih Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, bahwa Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
      إن الله لا ينظر إلى صوركم وأموالكم ولكن ينظر إلى قلوبكم وأعمالكم
      Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa dan harta kalian. Akantetapi Allah melihat pada hati dan amalan kalian” (HR. Muslim).
      Beliau melanjutkan,
      ومن طهر قلبه فيه العلم حل, ومن لم يرفع منه نجاسته ودعه العلم وارتحل
      Siapa yang hatinya bersih, maka ilmu akan betah menetap di dalamnya. Siapa yang tidak berusaha mengusir kotoran hati, ilmu akan meninggalkannya dan pergi.
      Sahl bin Abdullah –rahimahullah– berkata,
      حرام على قلب أن يدخله النور وفي شيء مما يكره الله عز وجل
      “Haram bagi hati yang padanya bersemayam sesuatu hal yang dimurkai Allah, untuk dimasuki cahaya ilmu..”


      Penulis : Ahmad Anshori , LC